Welcome to Walang Adventure

Blog ini, kami buat sebagai media informasi bagi siapa saja yang membutuhkan.
Selamat menikmati segala informasi yang ada di blog ini.
Semoga cerita yang ada di sini bisa memberikan inspirasi yang positif bagi para pembacanya..

Senin, 22 November 2010

Curug Cikasoooo.. Mantaaaaps!!!

Pagi menjelang, kami ga jadi melihat sunrise dari Cibuaya karena setelah sholat subuh, dari arah mushola kami bisa melihat kalau sunrise dapat dilihat cukup jelas dari pantai Ujung Genteng, jadi kami ga perlu ke Cibuaya deh. Wah kami kembali bernarsis ria disini. Tidak lupa aku juga berfoto bersama para nelayan yang baru pulang dari melaut bersama ikan-ikan tangkapan mereka yang besar-besar. Mantab. Selanjutnya kami berenang di pantai dan foto-foto lagi.






Setelah cukup puas berenang kami kembali ke rumah ummi. Tetapi sebelumnya kami mampir di sebuah rumah makan. Menu pagi itu ikan bakar dan kawan-kawannya. Makyusss…..
Tiba di rumah Ummi kami langsung beristirahat. Rencananya, siang harinya kami akan mengunjungi Curug Cikaso.



Setelah puas beristirahat di rumah Ummi, siang itu kami bersiap-siap menuju Curug Cikaso. Kali ini kami ditemani Kang Ami dan sapa ya?lupa.. . Kami diantar dengan mobil Kak Amran, tapi Kak Amran dan keluarganya tidak ikut ke Curug. Kak Amran ada acara di Sekolah yg dipimpinnya, sedangkan Kak Jamil dan Nida masih kecapek-an karena petualangan Ujung Genteng semalam begitu melelahkan bagi mereka.

Perlu sekitar 15 menit dari rumah Ummi ke Curug Cikaso. Tiba di sana kita langsung menuju basecamp tempat memesan perahu. Tarif sewa perahu Rp 80.000. perahu bisa untuk dinaiki maksimal 15 orang. Jadi saudara-saudara ada kabar gembira bagi Anda yang ga terlalu suka hiking dan trecking, ke Curug Cikaso tuh kita ga perlu susah payah mendaki gunung seperti layaknya curug-curug lain. Di sini kita cukup mengarungi Sungai Cikaso sekitar 8 menit, dan tarrrrra…sampailah Anda di curug yang Subhanallah indahnya.












Setelah turun dari perahu, perlu berjalan kaki sekitar lima menit untuk menuju ke curug itu. Di sepanjang jalan banyak penjual kaos, souvenir khas Curug Cikaso. “Curug Cikaso, A Very Beautiful Waterfall”, begitu tulisan di kaos itu. kenyataannya memang begitu. Ini adalah curug, atau air terjun terindah yang pernah kulihat. Ada 3 sumber mata air di curug itu. Ketiganya saat itu memancarkan air jernih yang cukup deras, sumpah indah banget.
Dengan perasaan takjub kami sibuk berfoto ria dari segala sisi pemandangan air terjun. Semuanya indah. Kami tergiur untuk berenang di kolam air terjun utama yang berwarna hijau muda dan merasakan kenikmatin terpaan air terjun di kepala kami. Tapi gimana caranya?? Bagian tengah kolamnya cukup dalam, yang terdalam katanya sich sekitar 3 meter. Ga terlalu dalam memang untuk yang jago berenang, tapi bagi kami yang amatiran ini ngeri juga, apalagi kalo inget pengalaman nyaris tenggelam di Pulau Sempu, kami jadi kudu ekstra hati-hati deh.
Akhirnya kami mencari jalan memutar. Agak jauh memang, tetapi cukup aman untuk dilalui. Kami mengambil jalan dari sisi kanan air terjun, menaiki bebatuan dan tiba di air terjun ketiga yang kolamnya tidak terlalu dalam, sehingga kami bisa berenang menyebrangi kolam menuju curahan air terjun dan kami berhasil merasakan terpaan air terjun di kepala kami. Wow nikmatnya dunia.Ajjiiiiiib.
Aku dan Ida masih penasaran ingin merasakan terpaan air terjun utama di kepala kami. Ternyata ternyata dengan berpegangan pada batu dari bawah air terjun ketiga, kita bisa berjaln merambat ke sisi air terjun ke dua dan akhirnya tiba di air terjun utama. Pinggiran kolam air terjun ternyata dangkal. Kami menyusuri pinggiran kolam sampai kami tiba dibawah air terjun utama. Mantab banget ….Shower us with your water ….Curug Cikaso. Alhamdulillah.
Puas berenang dan berfoto-fota sampai sore, kami memutuskan untuk balik ke rumah Ummi. Di perjalanan pulang tidak lupa kami membeli souvenir kaos tadi,” Curug Cikaso, A Very Beautiful Waterfall”.
Alhamdulillah, Thank you Allah, satu lagi keindahan ciptaanmu dapat kami lihat, rasakan dan nikmati. Semoga ini bukan yang terakhir bagi kami ya Allah (DJ)

Sabtu, 23 Oktober 2010

Pantai Pangumbahan





Sehabis magrib kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Pangumbahan. Cukup sulit medan yang kita lalui untuk menuju Pantai Pangumbahan. Beberapa kali mobil kita terjebak dikubangan lumpur. Untungnya malam itu tidak hujan sehingga memungkinkan kami untuk melanjutkan perjalanan sampai ke penangkaran penyu.

Pantai Pangumbahan merupakan pantai yang indah ditumbuhi rumpun pohon pandan tikar dengan pasir putih yang lembut, sangat cocok dan disenangi penyu untuk bertelur. Penyu biasanya bertelur di bawah rimbunan pohon pandan.

Meskipun sudah dikenal para wisatawan domestik dan mancanegara jalan masuk ke pantai Pangumbahan tidak beraspal. Hal ini sengaja dilakukan untuk menghindari wisatawan yang terlalu banyak yang nantinya akan merusak habitat tempat penyu hijau ini bertelur.

Ternyata keadaan di tempat penangkaran sudah lebih tertata saat ini. Dahulu kami bebas dan boleh langsung menuju pantai pangumbahan. Ternyata sekarang areal masuk pantai sudah diberi pagar dan kita tidak boleh sembarangan masuk ke areal pantai tetapi mesti ditemani guide.

Tidak lupa kami membeli tiket masuk Rp 5000/orang. Kami diharuskan menunggu di pos penangkaran penyu sampai petugas penjaga pantai mengabarkan ada penyu yang datang dan telah bertelur.

Sambil menunggu izin masuk ke pantai kami berfoto-foto bersama tukik anak penyu yang baru menetas. Rupanya sekarang ini setiap hari, tepatnya setiap pukul 5 sore, di Pantai Pangumbahan ada pelarungan tukik-tukik ini ke laut. Sayang sekali kami tidak tau akan hal ini, jadi ga bisa ikutan melarung tukik dech.


Setelah menunggu cukup lama mulai dari pukul 08.00 malam sampai pukul 01.00 malam, Kami baru mendapat kabar bahwa ada seekor penyu yang mendarat dan bertelur di pos 2. Wow suasana malam itu persis suasana tahun baru lho. Ratusan orang di tengah keheningan malam langsung menyerbu Pantai Pangumbahan menuju pos 2. Malam itu gelap gulita, cuma ada bulan sabit dan bintang-bintang, tetapi kami dilarang menyalakan senter dan mengarahkan blitz camera ke arah laut. Menurut penjaga pantai, penyu adalah binatang yang sangat sensitif, jadi cahaya senter atau blitz dapat mengurungkan niatnya untuk mendarat ke pantai dan mereka ga jadi mendarat ke pantai dan akan balik lagi ke dalam laut.

Ternyata malam itu hanya ada satu ekor penyu yang bertelur. Praktis penyu selebriti ini di serbu orang-orang untuk foto bareng. Kasian sebenarnya tapi kami juga ga mau meninggalkan momen langka ini. Tetapi akhirnya kami memutuskan untuk menunggu antrian foto itu berakhir sehingga kami bisa lebih leluasa berpose bareng penyu itu dech…wkk teteup narsis…hahaha.




Perburuan penyu berakhir pukul 02.00 malam. Malam itu juga kami bermaksud balik ke Pantai Ujung Genteng dan bermalam di sana. Rencananya pagi harinya kami akan mengejar sunrise di Pantai Cibuaya. Kalau balik ke rumah Ummi waktunya ga akan cukup. Akhirnya kami memutuskan mengahiri malam di emperan toko yang ada di Ujung Genteng. Untung ada keluarga Kak Amran yang tidur di dalam mobil espass. Insya Allah aman dech.

Minggu, 12 September 2010

Pantai UG dan Cibuayan



Sekitar pukul 4 kami bersama Pak Ramdan, Kak Jamil dan Anaknya, Nida berangkat ke SMP 2. Ternyata Sang kepsek telah janjian dengan beberapa orang guru untuk berangkat ke Ujung Genteng. Wow bakal seru nih. Setelah berfoto-foto sejenak di SMP 2, kami melanjutkan perjalanan ke Ujung Genteng.


Kira-kira satu jam perjalanan kami tiba di Ujung Genteng. Pantainya jernih banget dengan ombak yang cukup dasyat. Seperti biasa kami menyalurkan hobby narsis kami berfoto-foto ria sambil menunggu sunset dan magrib datang.

Sehabis magrib kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Pangumbahan. Cukup sulit medan yang kita lalui untuk menuju Pantai Pangumbahan. Beberapa kali mobil kita terjebak dikubangan lumpur. Untungnya malam itu tidak hujan sehingga memungkinkan kami untuk melanjutkan perjalanan sampai ke penangkaran penyu.

Pantai Pangumbahan merupakan pantai yang indah ditumbuhi rumpun pohon pandan tikar dengan pasir putih yang lembut, sangat cocok dan disenangi penyu untuk bertelur. Penyu biasanya bertelur di bawah rimbunan pohon pandan.

Meskipun sudah dikenal para wisatawan domestik dan mancanegara jalan masuk ke pantai Pangumbahan tidak beraspal. Hal ini sengaja dilakukan untuk menghindari wisatawan yang terlalu banyak yang nantinya akan merusak habitat tempat penyu hijau ini bertelur.

Ternyata keadaan di tempat penangkaran sudah lebih tertata saat ini. Dahulu kami bebas dan boleh langsung menuju pantai pangumbahan. Ternyata sekarang areal masuk pantai sudah diberi pagar dan kita tidak boleh sembarangan masuk ke areal pantai tetapi mesti ditemani guide.

Tidak lupa kami membeli tiket masuk Rp 5000/orang. Kami diharuskan menunggu di pos penangkaran penyu sampai petugas penjaga pantai mengabarkan ada penyu yang datang dan telah bertelur.

Sambil menunggu izin masuk ke pantai kami berfoto-foto bersama tukik anak penyu yang baru menetas. Rupanya sekarang ini setiap hari, tepatnya setiap pukul 5 sore, di Pantai Pangumbahan ada pelarungan tukik-tukik ini ke laut. Sayang sekali kami tidak tau akan hal ini, jadi ga bisa ikutan melarung tukik dech.

Setelah menunggu cukup lama mulai dari pukul 08.00 malam sampai pukul 01.00 malam, Kami baru mendapat kabar bahwa ada seekor penyu yang mendarat dan bertelur di pos 2. Wow suasana malam itu persis suasana tahun baru lho. Ratusan orang di tengah keheningan malam langsung menyerbu Pantai Pangumbahan menuju pos 2. Malam itu gelap gulita, cuma ada bulan sabit dan bintang-bintang, tetapi kami dilarang menyalakan senter dan mengarahkan blitz camera ke arah laut. Menurut penjaga pantai, penyu adalah binatang yang sangat sensitif, jadi cahaya senter atau blitz dapat mengurungkan niatnya untuk mendarat ke pantai dan mereka ga jadi mendarat ke pantai dan akan balik lagi ke dalam laut.

Ternyata malam itu hanya ada satu ekor penyu yang bertelur. Praktis penyu selebriti ini di serbu orang-orang untuk foto bareng. Kasian sebenarnya tapi kami juga ga mau meninggalkan momen langka ini. Tetapi akhirnya kami memutuskan untuk menunggu antrian foto itu berakhir sehingga kami bisa lebih leluasa berpose bareng penyu itu dech…wkk teteup narsis…hahaha.

Perburuan penyu berakhir pukul 02.00 malam. Malam itu juga kami bermaksud balik ke Pantai Ujung Genteng dan bermalam di sana. Rencananya pagi harinya kami akan mengejar sunrise di Pantai Cibuaya. Kalau balik ke rumah Ummi waktunya ga akan cukup. Akhirnya kami memutuskan mengahiri malam di emperan toko yang ada di Ujung Genteng. Untung ada keluarga Kak Amran yang tidur di dalam mobil espass. Insya Allah aman dech.

Pagi menjelang, kami ga jadi melihat sunrise dari Cibuaya karena setelah sholat subuh, dari arah mushola kami bisa melihat kalau sunrise dapat dilihat cukup jelas dari pantai Ujung Genteng, jadi kami ga perlu ke Cibuaya deh. Wah kami kembali bernarsis ria disini. Tidak lupa aku juga berfoto bersama para nelayan yang baru pulang dari melaut bersama ikan-ikan tangkapan mereka yang besar-besar. Mantab. Selanjutnya kami berenang di pantai dan foto-foto lagi.

Setelah cukup puas berenang kami kembali ke rumah ummi. Tetapi sebelumnya kami mampir di sebuah rumah makan. Menu pagi itu ikan bakar dan kawan-kawannya. Makyusss…..

Kamis, 02 September 2010

Ujung Genteng Part 1

Trip To Surade-Ujung genteng
26-28 Februari 2010

Upload foto-foto Curug Cikasoku di fb belum aza kelar ketika masuk sebuah komen dari seorang teman, “Wow bagus banget mbak, Curug Cikaso di mana tuh?”. Kujelaskan kalau Curug Cikaso itu terletak di Surade-Sukabumi dan perlu waktu sekitar 6-8 jam dari Jakarta untuk mencapainya. Selanjutnya datang komen dari teman yang lain yang menyatakan keheranannya, “ Delapan Jam? dah lewat Bandung donk Di?, bahkan udah lewat Tegal?,”. Wow belum tau dia kalau Surade tuh jauh.
Surade sebenarnya bukan tempat yang asing bagiku. Ini adalah kampung halaman temen kuliahku waktu di IPB, Dida. Beberapa kali aku pernah ke Surade, 3 kali dengan temen-temen IPB, satu kali dengan kakakku dan keluarganya. Makanya ketika Walang berniat ke Ujung Genteng untuk melihat Penyu di pantai Pangumbahan, aku tidak terlalu antusias menanggapinya….”Yaaah, udah pernah tuch”, begitu komentarku. Namun, Neneng bilang, “Pernah ga lo ke Curug Cikaso?browsing dulu deh di google,” gitu katanya.
Ketika aku melihat foto-foto Curug Cikaso di google, timbul minatku untuk ke Surade lagi, tapi sekaligus juga muncul keherananku, kenapa dulu Dida tidak pernah mengajak aku dan teman-teman ke air terjun yang indah banget ini ya? Padahal kuperkirakan waktu tempuhnya hanya sekitar 15 menit dari rumahnya di Surade? Akhirnya kuputuskan untuk ikut Trip ini pada tanggal 26-28 Februari 2010. Tetapi tanggal 28 Februarinya aku kan ada UAS? Ternyata UAS-nya bisa susulan saudara-saudara, senangnya… jadi juga deh moto sesat “Jangan sampai kuliah menghalangi jalan-jalan” ku pakai juga. Berangkaaaattt!
Tanggal 26 Februari 2010 sesuai dengan kesepakatan Walang kami bekumpul di Stasiun Pasar Minggu pukul 06.00 WIB. Pukul 5.30 aku dah sampai di sana. Ga tau kenapa untuk urusan jalan-jalan gini aku bisa ontime banget, in time malah ...wkk.
Tidak lama kemudian Neneng datang, rupanya pas sampai di loket tempat membeli karcis sempat ada argumen kecil antara Neneng dengan Petugas loketnya.
“Hah harga tiketnya keretanya cuma Rp 2.000 sampai Bogor Pak? Ga ada yang lebih mahalan apa ?” huahaha…sombong banget ya?
Untungnya Si petugas nyantai aza, sambil bilang, “Ada. Kereta ekonomi AC pakuan, Rp 5000 tapi berangkatnya jam 7.00. Jam 7 mah kita bisa ga keburu ngejar bis ke Surade Pak. Udah deh Pak saya ambil tiket yang Rp 2.000 aza, gitu kata Neneng…wkk
Selanjutnya Ida datang pukul 06.20, tapi Lis kemana? Kemudian ada SMS masuk dari Lis, “mohon mangap…g kesiangan bangunnya.”Gubraak…keburu ga nih ngejar bis ke Surade yang akan berangkat jam 08.00?
Karena merasa panik pun ga penting dan ga perlu akhirnya kami memutuskan untuk nyantai dulu sambil minum teh panas dan gorengan yang banyak dijajakan di stasiun Pasar Minggu ini. Ya udah pasrah aza deh… kalau bis pukul 08.00 ga bisa kami kejar berarti kami akan naik bis yang berangkat pukul 12.00 siang. Secara bis ke Surade cuma diberangkatkan 2 kali saja dalam sehari.


nunggu k'Lis.. bis menuju Surade..

Mungkin udah sekitar 10 kali kereta yang ke Bogor lewat di depan kami dan kosong pula, tapi Lis belum datang juga. Pukul 07.00 kurang sedikit, Lis datang. kereta pertama yang datang setelah itu pun langsuang aza kita naiki, ga peduli penuh sesak dan harus berdiri sampe Bogor…??? Ah nikmati aza lah….
Untungnya di statiun Depok Lama ada penumpang yang turun jadi daku bisa duduk deh…Ga berapa lama kemudian (kayaknya sih baru beberapa menit aku duduk…haha) kulihat Ida kecapean dengan ranselnya, ku tawarkan tempat dudukku padanya.
“Mau duduk Da?”
“ Mau donk Kak DJ dari tadi Kek…”
“ Ya kenapa ga bilang dari tadi….”
Begitu Ida duduk (mungkin sekitar 30 detik) ternyata kita dah sampe Bogor…wkkk, pantes, ibu disampingku tadi senyam-senyum aza. Sorry Da…empatinya telat..wkkk
Selanjutnya kita naik angkot 03 bertarif Rp 3.000 dari depan Taman Topi ke Terminal Baranang Siang. Perjuangan berlanjut, ternyata di Terminal, Bis menuju Surade tidak ngetem di tempat stategis, susah bener nyarinya. Untunglah ada penjual manisan pala yang dengan sukarela menunjukkan dan mengantarkan kita ke tempat bis itu mangkal. Ternyata letaknya di bagian belakang terminal. Minder dan takut terintimidasi kalee dengan bis-bis besar dan ber AC yang akan menuju ke kota lain… hehe.
Bis ke Surade tuh lebih kecil sedikit dari metromini, ga ber AC dan kondisinya menyedihkan. Tapi ini satu-satunya bis yang langsung menuju ke Surade. Tarifnya Rp 35.000. Karena udah kesiangan, pastinya kami dapat posisi tempat duduk yang paling ga favorite donk…Aku ma Ida duduk di bangku paling belakang. Lis dan Neneng duduk di dekat supir di bangku tambahan yang ga ada senderannya…wkk. Yang lebih seru lagi kami dah ga tau lagi deh ransel kami di mana, kata keneknya sih di bagasi, ternyata saudara-saudara bis ini ga ada bagasinya, jadi yang dimaksud bagasi adalah kolongnya kursi penumpang atau lajur tengahnya bis…wkkk.
Apa pun itu kita tetap bisa menikmati perjalanannya kok. Kita? Aku aza ma ida kali ya…Secara dibagian belakang cukup nyamanlah…dibandingkan posisi duduk Neneng dan Lis yang duduk dikursinya tanpa sandaran di samping. Apalagi ga ada akses ke penjual makanan or minuman apa pun karena pintu depan bis dikunci. Sementara yang duduk paling belakang tuh ketemu terus ma penjual makanan bahkan sempat kepentok-pentok segala ma barang dagangan mereka…hahaha.
Di deretan tempat dudukku ada satu keluarga terdiri atas ibu, bapak dan dua anaknya yang ga henti-hentinya makan dan jajan di sepanjang perjalanan. Setiap ada pedagang makanan yang menawarkan dagangannya pasti mereka beli. apa saja seperti duku, rambutan, kue, jeruk, kacang, dll. Sesekali mereka menawarkan makanannya pada kami. Selidik punya selidik ternyata mereka harus makan terus untuk menghilangkan rasa neg di bis, apalagi nanti ketika jalanan udah berliku-liku, kata si bapak itu, perut yang kosong bisa membuatnya muntah…aneh kan?? Ga ke balik tuh pak???
Tiba-tiba di pasar Cibadak ada seorang ibu yang naik dengan membawa karung, padahal kondisi bis dah full banget. Ampun dah, ibu yang cukup gemuk itu memaksa ikut duduk di deretan bangku panjang kita yang sudah terisi 5 orang, padahal bagian bangku yang tersisa hanya cukup untuk anak kecil berusia 10 tahun. Maksa banget deh tuh ibu untuk ikutan duduk. Kalau dalam kodisi biasa dah kurelain tuh bangku untuk si ibu. Tapi ini perjalanan belom ada 2 jam berarti masih sekitar 6 jam lebih…berdiri? Ga mungkin banget deh. Lagi pula bagian tengah bis juga kan sudah berfungsi sebagai bagasi jadi kalau berdiri pun pasti susah karena harus berdiri diantara tumpukan barang.
Ibu itu membuat perjalanan kami menjadi tambah ga nyaman. Tapi mau gimana lagi, ga bisa kubentak juga karena inget ibuku di rumah. Kuajak ngobrol aza ibu itu. Ternyata ibu itu mau menengok anak dan menantunya yang baru melahirkan. Jadi karung yang dibawanya berisi makanan untuk menantu dan anaknya serta mainan dan perlengkapan bayi untuk cucunya. Mulia banget kan niatnya. Ternyata kalo kita ikhlas enak-enak aza tuh perjalanan bisa kita lalui.
Bis berhenti sekali di sebuah restauran. Kami cuma minum aza ga berani makan karena setelah ini kita akan melalui jalan yang berliku-liku dan zigzag yang pasti akan membuat kami muntah kalau dalam kondisi perut terisi. Beda ya cara kami menghidari mual dengan cara bapak dan keluarganya tadi yang terus aza makan buat menghilangkan mual.


Perjalanan panjang... sitirohat...


akhirnya... nyampee

Kira-kira pukul 2.30 kita sampai di Surade, tepatnya di depan SMP 1 kita dah dijemput kak Ramdan, kakak iparnya Neneng, dan Pak Karnani, temannya. Dengan espass itu kita menuju ke rumah Ummi Haji tempat kita bermalam.
Tiba di rumah Ummi kita langsung merasakan keramahan yang luar biasa dari keluarga Kak Ramdhan dan Kak Jamilah istrinya yang juga kakak kandung Neneng, serta keluarga Pak Karnani. Kak Ramdan adalah seorang kepala sekolah yg bertugas di SMP 2 Surade dan kost di tempat Ummi Haji sedangkan istrinya, kak Jamilah, biasa dipanggil Kak Jamil, tinggal di Nyalindung. Pak Karnani adalah bendahara SMP 2.
Rumah Ummi Hajilah tempat kami bermalam selama di Surade. Biaya penginapan Rp 0 karena Ummi Haji tidak mau menerima bayaran. Katanya sich, “ ummi cuma mengharapkan pahala dari Allah, kalau uangnya Ummi terima takut pahalanya hilang.” Luar biasa bangetkan? Hari gini masih ada orang seperti Ummi dan prinsipnya yang sungguh mulia.
Setelah melepas dahaga di rumah Ummi selanjutnya kami dijamu keluarga pak Karnani untuk menikmati makan siang, mungkin tepatnya makan sore. Hidangannya cukup menggiurkan bagi kami yang memang dari tadi berpantang makan. Ada ikan bakar, soup kepala kakap, pete bakar, ayam goreng dan tempe goreng. Belom lagi sambalnya sampai 3 macam. Ada sambal kecap, sambal cobek (khas surade dengan ulegan kencur) dan satu lagi sambel colenak kali ya namanya karena paling enak. Sambel ini seperti sambel pecel lele gitu deh. Nikmat dech pokoknya.
Sehabis makan kami kembali ke rumah Ummi untuk istirahat sejenak karena pukul 4 kami harus berangkat ke Ujung Genteng dan melihat penyu di Pantai Pangumbahan.



Kamis, 19 Agustus 2010

Goa Ceremei dan Pasar Seni Jogja..

Lanjuuut tujuan selanjutnya Yogya gto loooh…

Wah ternyata pasangn bule ini pengn ngintilin kami hhmmm mungkin mreka fikir akan lbh mudah berjalan dgn kami orang pribumi wah kami sih juga asik-asik aja krn b’arti ‘saweran’ kami akan lbh murah.. alhamdulillah


Mnuju tereminal…………………. Ternyata bis menuju yogya sdh berangkat dan akan ada lg jam 7 malam wooow lama jug pdhl kami sampai di terminal jam 13.30 tp ternyata ada mobil travel yg dsewakan, hitung hitung badget ternyata harga jg selilsih kurang lebih 15rb saja.. dan bs langsung brangkat jam 2 an. Akhirnya kami memutuskn menggunakan mobil travel lbh nyaman dan lbh cpt sampai. Brangkaaaaaaaaaaat, ternyata perjalannya cukup lama krn sekitar jam 12 malam kami br sampai.. kami menginap dirumah sepupu neneng (suami istri k’aan dan mb dewi) waaah rumahnya kami booking dan mreka ngungsi di rumh ortu mreka hehhehe dpt kemudahan atw ngerampok ya


Tapiiiii oooh tidaaaak… ida khilangn hp nya walaaaah entah jatuh ketika turun, entaah terbawa mobil travel. Krn mnrut si bpk tukang supir dy akan nginap dl smalemn di ygy akhirnya aku dan neneng nekad muterin kota ygy jam 1 pagi berkeliling pk motor hunting si bpk travel ke penginapn2 mur mer.. fiiuiuhh 2 x muter ga ktemu jg.. maaf ida say good bye to ur phone

Pagii yg cerah hr ini kami menyewa mobil untuk keliling yogya tp tujuan utama kami ke gua ciremai di daerah bantul. Eeeh si bule (Magali dan Harry msh ikut ngintil petualangn kami jg nih, gpp lah mutualisme qta, badget ditanggung bersama. Ooowh ternyata Magaly dan Harry ini sedang honeymoon killing dunia dgn waktu 1 tahun kereeeeeeeeen… mauuuuuuuu… hehehe

Kami jg sdh siap dgn baju ganti krn rencananya kami akan menyusur perut bumi ini. Mampir dulu ke tempat teman yg akan menjadi pemandu kami mr. saprol


Ooowh bicara tentang bule ternyata Magaly dan Harry ini sedang honeymoon killing dunia dgn waktu 1 tahun kereeeeeeeeen… mauuuuuuuu… hehehe.. mreka sdh mpersiapkan backpackrn ini matang2.. jd sebulan setlh menikah mreka langsung memulai perjalanan.. mantafffff… magally adalh pekerja (lupa bidangnya) dan harry adalh pemilik restaurant. Wah kl mlakukan hal spt ini hrs nabung brp lama yaaaaa????????


Kembali ke our adventure. Gua ceremai terletak diatas bukit jd pemandangn mnuju ksana cukup mbuat kami tambh bersemangat. Sampai kami di lokasi, jgn lupa sewa senter dan helm.

Bismillahirohmanirrohim…. Deg-degan juga masuk ke gua ini, saling berpegangan.. wah aku yg dpt pengalamn buruk dgn air di pulau sempu ga mau jauh-jauh dr bule (krn jago renang hehheh) masih sedikit trauma. Gelap, licin, tenang, stalaktit, stalagmit, suara2 binatang2 kecil adlh pemandngn didalm gua. Air yg awalnya selutut, sepinggang dan akhirnya ngrasa juga airnya sebahu, melihat keindahan perut bumi, stalaktit yg bling bling.. ada jg kolam yg disebut kolam zamzam hehhe ada ada aje.. oowh ada jg kolam yg airnya bikin awet muda (katanya) kami mana percaya eeh tp mungkin krn kandungan mineral tinggi xixixixi membasuh muka jg qta.. byk jg sajen bunga dipojok2

Kami jg melewati kawanan kelelawar dengan bau yg tak sedap… kadang kami jg hrs bjalan menunduk krn stalaktit yg cukup panjng (inilah gunanya helm yg kami sewa) mengurangi benjol2 krn benturan. Subhanallah bnar2 pengalamn yg luar biasa…




Sbnrnya jika kami meneruskan pjalannn bs sampai ke parang tritis tp krn sdh cukup lama kami berendam di air gua, jd kami memutuskn untuk kembali ke pintu awal kami masuk… mampir sebentar lah kami ke pasar seni ISY, kemudian cr makan, lalu bantu magaly n hary cr penginapan walaupun sbnrnya mreka jg sdh booking kamr dkt2 sats tugu t4 backpackr dunia mampir disini.. bekal mreka buku ’Lonely Planet’..