Trip To Surade-Ujung genteng
26-28 Februari 2010
Upload foto-foto Curug Cikasoku di fb belum aza kelar ketika masuk sebuah komen dari seorang teman, “Wow bagus banget mbak, Curug Cikaso di mana tuh?”. Kujelaskan kalau Curug Cikaso itu terletak di Surade-Sukabumi dan perlu waktu sekitar 6-8 jam dari Jakarta untuk mencapainya. Selanjutnya datang komen dari teman yang lain yang menyatakan keheranannya, “ Delapan Jam? dah lewat Bandung donk Di?, bahkan udah lewat Tegal?,”. Wow belum tau dia kalau Surade tuh jauh.
Surade sebenarnya bukan tempat yang asing bagiku. Ini adalah kampung halaman temen kuliahku waktu di IPB, Dida. Beberapa kali aku pernah ke Surade, 3 kali dengan temen-temen IPB, satu kali dengan kakakku dan keluarganya. Makanya ketika Walang berniat ke Ujung Genteng untuk melihat Penyu di pantai Pangumbahan, aku tidak terlalu antusias menanggapinya….”Yaaah, udah pernah tuch”, begitu komentarku. Namun, Neneng bilang, “Pernah ga lo ke Curug Cikaso?browsing dulu deh di google,” gitu katanya.
Ketika aku melihat foto-foto Curug Cikaso di google, timbul minatku untuk ke Surade lagi, tapi sekaligus juga muncul keherananku, kenapa dulu Dida tidak pernah mengajak aku dan teman-teman ke air terjun yang indah banget ini ya? Padahal kuperkirakan waktu tempuhnya hanya sekitar 15 menit dari rumahnya di Surade? Akhirnya kuputuskan untuk ikut Trip ini pada tanggal 26-28 Februari 2010. Tetapi tanggal 28 Februarinya aku kan ada UAS? Ternyata UAS-nya bisa susulan saudara-saudara, senangnya… jadi juga deh moto sesat “Jangan sampai kuliah menghalangi jalan-jalan” ku pakai juga. Berangkaaaattt!
Tanggal 26 Februari 2010 sesuai dengan kesepakatan Walang kami bekumpul di Stasiun Pasar Minggu pukul 06.00 WIB. Pukul 5.30 aku dah sampai di sana. Ga tau kenapa untuk urusan jalan-jalan gini aku bisa ontime banget, in time malah ...wkk.
Tidak lama kemudian Neneng datang, rupanya pas sampai di loket tempat membeli karcis sempat ada argumen kecil antara Neneng dengan Petugas loketnya.
“Hah harga tiketnya keretanya cuma Rp 2.000 sampai Bogor Pak? Ga ada yang lebih mahalan apa ?” huahaha…sombong banget ya?
Untungnya Si petugas nyantai aza, sambil bilang, “Ada. Kereta ekonomi AC pakuan, Rp 5000 tapi berangkatnya jam 7.00. Jam 7 mah kita bisa ga keburu ngejar bis ke Surade Pak. Udah deh Pak saya ambil tiket yang Rp 2.000 aza, gitu kata Neneng…wkk
Selanjutnya Ida datang pukul 06.20, tapi Lis kemana? Kemudian ada SMS masuk dari Lis, “mohon mangap…g kesiangan bangunnya.”Gubraak…keburu ga nih ngejar bis ke Surade yang akan berangkat jam 08.00?
Karena merasa panik pun ga penting dan ga perlu akhirnya kami memutuskan untuk nyantai dulu sambil minum teh panas dan gorengan yang banyak dijajakan di stasiun Pasar Minggu ini. Ya udah pasrah aza deh… kalau bis pukul 08.00 ga bisa kami kejar berarti kami akan naik bis yang berangkat pukul 12.00 siang. Secara bis ke Surade cuma diberangkatkan 2 kali saja dalam sehari.

nunggu k'Lis.. bis menuju Surade..
Mungkin udah sekitar 10 kali kereta yang ke Bogor lewat di depan kami dan kosong pula, tapi Lis belum datang juga. Pukul 07.00 kurang sedikit, Lis datang. kereta pertama yang datang setelah itu pun langsuang aza kita naiki, ga peduli penuh sesak dan harus berdiri sampe Bogor…??? Ah nikmati aza lah….
Untungnya di statiun Depok Lama ada penumpang yang turun jadi daku bisa duduk deh…Ga berapa lama kemudian (kayaknya sih baru beberapa menit aku duduk…haha) kulihat Ida kecapean dengan ranselnya, ku tawarkan tempat dudukku padanya.
“Mau duduk Da?”
“ Mau donk Kak DJ dari tadi Kek…”
“ Ya kenapa ga bilang dari tadi….”
Begitu Ida duduk (mungkin sekitar 30 detik) ternyata kita dah sampe Bogor…wkkk, pantes, ibu disampingku tadi senyam-senyum aza. Sorry Da…empatinya telat..wkkk
Selanjutnya kita naik angkot 03 bertarif Rp 3.000 dari depan Taman Topi ke Terminal Baranang Siang. Perjuangan berlanjut, ternyata di Terminal, Bis menuju Surade tidak ngetem di tempat stategis, susah bener nyarinya. Untunglah ada penjual manisan pala yang dengan sukarela menunjukkan dan mengantarkan kita ke tempat bis itu mangkal. Ternyata letaknya di bagian belakang terminal. Minder dan takut terintimidasi kalee dengan bis-bis besar dan ber AC yang akan menuju ke kota lain… hehe.
Bis ke Surade tuh lebih kecil sedikit dari metromini, ga ber AC dan kondisinya menyedihkan. Tapi ini satu-satunya bis yang langsung menuju ke Surade. Tarifnya Rp 35.000. Karena udah kesiangan, pastinya kami dapat posisi tempat duduk yang paling ga favorite donk…Aku ma Ida duduk di bangku paling belakang. Lis dan Neneng duduk di dekat supir di bangku tambahan yang ga ada senderannya…wkk. Yang lebih seru lagi kami dah ga tau lagi deh ransel kami di mana, kata keneknya sih di bagasi, ternyata saudara-saudara bis ini ga ada bagasinya, jadi yang dimaksud bagasi adalah kolongnya kursi penumpang atau lajur tengahnya bis…wkkk.
Apa pun itu kita tetap bisa menikmati perjalanannya kok. Kita? Aku aza ma ida kali ya…Secara dibagian belakang cukup nyamanlah…dibandingkan posisi duduk Neneng dan Lis yang duduk dikursinya tanpa sandaran di samping. Apalagi ga ada akses ke penjual makanan or minuman apa pun karena pintu depan bis dikunci. Sementara yang duduk paling belakang tuh ketemu terus ma penjual makanan bahkan sempat kepentok-pentok segala ma barang dagangan mereka…hahaha.
Di deretan tempat dudukku ada satu keluarga terdiri atas ibu, bapak dan dua anaknya yang ga henti-hentinya makan dan jajan di sepanjang perjalanan. Setiap ada pedagang makanan yang menawarkan dagangannya pasti mereka beli. apa saja seperti duku, rambutan, kue, jeruk, kacang, dll. Sesekali mereka menawarkan makanannya pada kami. Selidik punya selidik ternyata mereka harus makan terus untuk menghilangkan rasa neg di bis, apalagi nanti ketika jalanan udah berliku-liku, kata si bapak itu, perut yang kosong bisa membuatnya muntah…aneh kan?? Ga ke balik tuh pak???
Tiba-tiba di pasar Cibadak ada seorang ibu yang naik dengan membawa karung, padahal kondisi bis dah full banget. Ampun dah, ibu yang cukup gemuk itu memaksa ikut duduk di deretan bangku panjang kita yang sudah terisi 5 orang, padahal bagian bangku yang tersisa hanya cukup untuk anak kecil berusia 10 tahun. Maksa banget deh tuh ibu untuk ikutan duduk. Kalau dalam kodisi biasa dah kurelain tuh bangku untuk si ibu. Tapi ini perjalanan belom ada 2 jam berarti masih sekitar 6 jam lebih…berdiri? Ga mungkin banget deh. Lagi pula bagian tengah bis juga kan sudah berfungsi sebagai bagasi jadi kalau berdiri pun pasti susah karena harus berdiri diantara tumpukan barang.
Ibu itu membuat perjalanan kami menjadi tambah ga nyaman. Tapi mau gimana lagi, ga bisa kubentak juga karena inget ibuku di rumah. Kuajak ngobrol aza ibu itu. Ternyata ibu itu mau menengok anak dan menantunya yang baru melahirkan. Jadi karung yang dibawanya berisi makanan untuk menantu dan anaknya serta mainan dan perlengkapan bayi untuk cucunya. Mulia banget kan niatnya. Ternyata kalo kita ikhlas enak-enak aza tuh perjalanan bisa kita lalui.
Bis berhenti sekali di sebuah restauran. Kami cuma minum aza ga berani makan karena setelah ini kita akan melalui jalan yang berliku-liku dan zigzag yang pasti akan membuat kami muntah kalau dalam kondisi perut terisi. Beda ya cara kami menghidari mual dengan cara bapak dan keluarganya tadi yang terus aza makan buat menghilangkan mual.

Perjalanan panjang... sitirohat...
akhirnya... nyampee
Kira-kira pukul 2.30 kita sampai di Surade, tepatnya di depan SMP 1 kita dah dijemput kak Ramdan, kakak iparnya Neneng, dan Pak Karnani, temannya. Dengan espass itu kita menuju ke rumah Ummi Haji tempat kita bermalam.
Tiba di rumah Ummi kita langsung merasakan keramahan yang luar biasa dari keluarga Kak Ramdhan dan Kak Jamilah istrinya yang juga kakak kandung Neneng, serta keluarga Pak Karnani. Kak Ramdan adalah seorang kepala sekolah yg bertugas di SMP 2 Surade dan kost di tempat Ummi Haji sedangkan istrinya, kak Jamilah, biasa dipanggil Kak Jamil, tinggal di Nyalindung. Pak Karnani adalah bendahara SMP 2.
Rumah Ummi Hajilah tempat kami bermalam selama di Surade. Biaya penginapan Rp 0 karena Ummi Haji tidak mau menerima bayaran. Katanya sich, “ ummi cuma mengharapkan pahala dari Allah, kalau uangnya Ummi terima takut pahalanya hilang.” Luar biasa bangetkan? Hari gini masih ada orang seperti Ummi dan prinsipnya yang sungguh mulia.
Setelah melepas dahaga di rumah Ummi selanjutnya kami dijamu keluarga pak Karnani untuk menikmati makan siang, mungkin tepatnya makan sore. Hidangannya cukup menggiurkan bagi kami yang memang dari tadi berpantang makan. Ada ikan bakar, soup kepala kakap, pete bakar, ayam goreng dan tempe goreng. Belom lagi sambalnya sampai 3 macam. Ada sambal kecap, sambal cobek (khas surade dengan ulegan kencur) dan satu lagi sambel colenak kali ya namanya karena paling enak. Sambel ini seperti sambel pecel lele gitu deh. Nikmat dech pokoknya.
Sehabis makan kami kembali ke rumah Ummi untuk istirahat sejenak karena pukul 4 kami harus berangkat ke Ujung Genteng dan melihat penyu di Pantai Pangumbahan.